TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diskusi dan survei tentang koalisi-kandidat Pemiliham Umum Presiden (Pilpres) 2019 terus hadir dengan analisa yang semkin tajam dan spesifik.
PDI Perjuangan sudah mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Calon Presiden (Capres) 2019 dan diprediksi hadir sebagai penantangnya adalah rival sewaktu Pilpres 2014, yakni Ketua Umun Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas tinggi.
Kontestasi pesta demokrasi yang saat ini sudah dimulai menyisakan sebuah pertanyaan, Akankah pilpres kali ini hanya simplifikasi ‘sihir’ elektabilitas Jokowi VS Prabowo?
Dalam rangka menyuarakan “perspektif muda Indonesia” DKN Garda Bangsa menyelenggarakan Serial Talk Show ‘Politik Anak Muda’ dengan tema Anak Muda Bicara Cawapres 2019; “Figur dan Tantangan Indonesia Masa Depan” yang dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Maret 2018 di Demang Coffe Sarinah.
Acara yang akan mengupas suara dan pandangan-pandangan politik kaum muda pada Pilpres 2019 menghadirkan Sekjed PB PMII, Sabolah al Kalamby, Ketum PP Hikmahbudhi, Sugiartana, Sekjend GMKI, Ketua bidang Politik Pemuda Katholik Frederikus L Tulis, Ketum Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI), Ardy Susanto, dan bintang tamu, Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia. Acara ini dipandu oleh Didit Adi Putro.
Ketum DKN Garda Bangsa, Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan bahwa persoalan bangsa Indonesia saat ini sangat komplek, menguatkan populisme politik dan menguatkan idiologi anti apncasila telah mengancam demokrasi di Indonesia.
Kontestasi pilpres merupakan sarana untuk menyeleksi hadirnya sosok kaum muda yang bisa membawa perubahan masa depan Indonesia.
“Di tengah kontestasi, ada sesuatu yang penting, yakni membangun nalar kebangsaan, dalam hal ini poros dan peran kaum muda diperlukan agar perhelatan akbar seperti Pilpres bisa menhadirkan sosok yang bisa membawa perubahan masa depan Indonesia yang lebih baik,” kata Cucun dalam keterangan yang diterima.
Serial Talk Show ini, kata Cucun juga untuk membangkitkan suara kaum muda dan organisasi ektra kampus yang akhir-akhir ini ‘kalah’ lantang dengan kinerja laporan lembagai survei.
Apalagi, kata dia, berhadapan dengan fenomena fake news atau hoax, visi kebangsaan dan nilai perjuangan kaum muda/mahasiswa semakin tidak terdengar.
DKN Gardang Bangsa bersama Organisasi ektra kampus ingin manjadikan acara ini sebagai demonstrasi pemikiran dan visi Politik Anak Muda tentang kepemimpinan masa depan.
"Kami ingin menghadirkan prosesi Pilpres ini tidak hanya soal elektabilitas kandidat akan tetapi juga bisa membangkitan nyali kaum muda,” ungkap Cucun.
Cucun juga menjabarkan bagaimana peran kaum muda dalam melahirkan Era Reformasi, pemikiran dan peran kaum muda selalu memberi harapan baru untuk kemajuan Indonesia.
Namun, Cucun juga mengungkapkan tantangan era reformasi selama tiga tahun belakangan ini adalah munculnya fenomena populisme agama.
“Populime agama yang menguat di Indonesia tiga tahun belakangan ini menjadi tantangan sendiri. Hubungan agama dan negara berada pada titik kritis, apalagi menguatkan ekstremisme agama menjadi tantangan tersendiri dalam perjalan demokrasi Indonesia,” tutur Cucun.
Apalagi, kata cucun, rendahnya indek pembangunan Pemuda Indonesia, yang bisa berakibat potensi bonus demokrafi tidak bisa dimanfaatkan sebagai bagian pembanungan manusia Indonesia seutuhnya di masa depan.
Sedangkan Ketua IPTI, Ardi Susanto punya Kriteria yang menarik untuk calon Presiden/wakil presiden.
“2 tahun belakangan ini Bangsa Indonesia hidup dalam ketagangan yang luar biasa. maka yang kita butuhkan sosok pemimpin yang santai tapi tegas dan tidak provokatif. Tegas dalam prinsip, punya komitmen membela NKRI, juga bisa lunak—lugas berbicara dengan semua komponen anak bangsa. Seperti sosok Cak imin yang kita butuhkan dimana berpolitik dengan riang gembira,” tutur Ardi. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar